Monthly Archives: January 2016

Hari ke-3 tanpa si Mbak

Catatan ini berkisar tentang pilihan pola asuh bagi working mom seperti saya yang memiliki waktu kerja cukup barebas as long as produktifitas terjaga. Kenyataan “pahit” bahwa si Mbak harus pulang kampung berbuah refleksi tulisan ini.

Sudah kurang lebih 4 bulan terakhir Aila (2 yo) sehari-hari ditemani oleh Mbak Nur saat saya bekerja. Setelah sebelumnya ia menjadi anak daycare. Dan sekarang almost 24 hours Aila kembali bersama Bundanya seperti saat massa cuti 3 bulan pasca melahirkan. Tiga hari ini saya meninggalkan Aila hanya di saat saya harus mengajar atau ada rapat di kampus, tidak lebih dari 4jam dan jika lebih dari itu Aila saya bawa dan dititipkan sementara di daycare.

Untuk emak2 tipikal saya yang ngga percayaan sama orang dan banyak maunya sepertinya pola asuh 3 hari ini yang paling ideal. Saya bisa memastikan apa saja yang Aila makan. Mulai bangun dari tidur kami mandi bersama, makan bersama, bermain bersama, bercerita bersama, berkeliling kompleks bersama, ke masjid bersama, solat bersama, mengaji bersama, bersih-bersih rumah bersama, hingga malam tiba kami tidur bersama. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik di setiap detiknya. Dengan pola tingkah yang semoga bisa menjadi teladan yang baik, ucapan dengan harapan bisa menjadi hikmah baginya, dan iringan doa ibu untuknya. Walau saya menyadari betapa ilmu dan kesabaran saya menjadi ibu masih sangaaaaat kurang. Tetapi semoga semangat belajar, niat tulus, dan setiap untaian doa bisa menutupi setiap khilaf pola asuh ini. Semoga Allah senantiasa menjaga fitrah Aila selayaknya untuk apa manusia diciptakan.

Haruskah saya menjadi full time mother? Keinginan menjadi seorang ibu merupakan doa saya. Saya menyadari hal tersebut pilihan sadar saya serta saya menyadari implikasi dari amanah tersebut, sebuah amanah yang tak dapat diwakilkan terlebih pertanggungjawabannya. Menjadi seorang dosen pun doa saya. Dan Allah mengabulkan keduanya, bahkan mengabulkan pencapaian profesi terlebih dahulu. Saya percaya, Allah menakdirkan saya menjadi seorang dosen di kampus gajah ini karena suatu tujuan baik. Saya menikmati kedua peran ini sebenarnya. Terlebih impian menjadi dosen dikarenakan selain kontribusi yang dapat saya lakukan juga peluang dapat mengasuh anak seperti 3 hari terakhir ini.

Tapi konsekuensinya, saya harus menjaga produktifitas kerja. PEGATURAN WAKTU dan STAMINA kuncinya. Saat membersamai Aila saya harus bisa mengerjakan beberapa pekerjaan teknis yang tidak begitu menyita waktu dan fikiran seperti membalas email. Ketika berada di kampus, saya harus taktis mengerjakan berbagai pekerjaan yang harus dikerjakan on site. Ketika Aila tidur saatnya mengerjakan kerja otak yang lebih berat seperti riset dan persiapan sekolah yang tertunda (semoga segera terwujud jika memang Ia meridhai).

Saya ingin mengkahiri tulisan ini dengan refleksi pengasuhan daycare dan sitter.

Sisi positif daycare:

  1. membuat Aila punya kesempatan untuk bersosialisasi dengan peer nya tanpa pengawasan sang Bunda. Kondisi ini membuat dia mandiri karena ngga ada pilihan untuk ngadu sama Bunda atau sitter nya, dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Aila juga bisa belajar lebih cepat dan semangat melihat kakanya yang berjarak beberapa bulan lebih tua dari dia.
  2. Pengajar dan sistem di daycare profesional dan berpengalaman. Tidak seperti Bundanya yang baru punya pengalaman ngurus anak ditambah sedikiiiiiit ilmu. Sitter di daycare diberi pembekalan rutin, ditambah servis psikolog dan dokter yang memantau rutin perkembangan anak.Alhamdulillah di daycare ini Aila betah terlebih dengan pengasuhnya sejak bayi. Terimakasih Ibu Rany. 🙂
  3. Letak daycare yang dekat dengan kantor sang Bunda membuat waktu interaksi dengan anak lebih banyak. Selain bunda bisa datang kapan saja untuk memberi ASI langsung juga setidaknya mom n baby menghabiskan waktu perjalanan pp rumah-kantor bersama. Terlebih saya yang bisa menghabiskan 2 jam di jalan (pp).

Sisi negatif daycare:

  1. selama di daycare Aila sering sakit (hampir tiap bulan flu, tapi sih kata AAP- American Academy of Pediatric paparan virus-virus ringan di daycare tersebut bisa jadi imun untuk tubuh si anak. Tapi ngga tega juga liat bayi flu, yang untuk buang dahak perlu perjuangan sampai muntah-muntah. Belum lagi virus lainnya seperti flu singapura, campak, sakit mata yang pernah mewabah di sekolah Aila. Mungkin variabel anak cepet sakit tidak hanya karena virus yang merajalela di daycare tapi juga kelelahan (bangun subuh, pulang sore, capek di jalan, ac, atau udara)
  2. selain anak bisa mengadaptasi sisi baik kebiasaan temannya, sisi buruk juga bisa teradaptasi.

Awalnya saya cukup menguatkan diri bahwa daycare lah opsi terbaik bagi kami. Namun, saat usia lebih kurang 1.5 tahun Aila terkan isk berulang dan mengharuskan toilet training segera namun daycare tidak memungkinkan untuk melakukannya. Akhirnya kami memutuskan mencari pengasuh. Yang membuat saya berani meninggalkan Aila dengan pengasuh karena ada tante Aila yang tinggal di rumah juga sehingga bisa memantau Aila. Selain itu, si Mbak ini saya dapat dari orang yang saya percaya.

Sisi positif Sitter:

  1. Aila jarang sakit. Kalaupun sakit cepat juga pemulihannya. BB nya pun semakin meningkat.
  2. Kita bisa mengatur si Mbak. Makanan yang dikasih apa, mainannya apa, list do and don’t , dan aturan-aturan lainnya.
  3. Bonding antara Ibu-anak-sitter lebih terbangun. Si Mbak bisa menjadi seperti keluarga sendiri, tinggal 24 jam bersama kita. Si Mbak bisa lihat cara pengasuhan kita saat malam atau weekend bersama anak, dia bisa terpapar value keluarga yang ingin kita bangun.

Sisi negatif Sitter:

  1. Pengwasan kurang baik. Kesulitan untuk memantau setiap saat. Mungkin ini bisa diatasi dengan menaruh CCTV di berbagai sudut rumah yang terhubung ke kantor.
  2. Konstrain habit dan pendidikan. Hal ini pernah saya akali dengan membawa si mbak ke seminar parenting dan kasih buku-buku. Tapi doi nampaknya tidak tertarik. Di lain sisi, saya banyak belajar dari si Mbak tentang beberapa pengobatan tradisional ala kampungnya yang cukup mujarab.

Semoga Allah yang Maha Kuasa memberi kekuatan agar STAMINA ini tetap terjaga dan memberi petunjuk agar diri ini menjadi pintar MENGATUR WAKTU.

 

21 Januari 2016 Pk. 02.00 waktu Bandung bagian Ujungberung

 

 

Sebuah renungan subuh tentang KESIBUKAN

Beberapa hari ini saya merasa sangat sibuk. Sampai-sampai sering terlambat makan hingga shalat wajib pun di akhir waktu. Padahal apa yang saya sibukkan belum tentu membawa kebaikan bagi saya atau lingkungan. Atau yang saya harapkan sampai di perjuangan setengah mati, belum tentu yang saya butuhkan.Dan kemudian saya merasa k.o.s.o.n.g diantara kesibukan. Sampai satu pertanyaan “What’s the main purpose(s) of your life Dila?”. Bukankah apapun aktifitasmu untuk mencari ridho-Nya?

Pagi ini, saat shalat subuh lidah saya memilih membaca surat Al-Asr:

“Demi masa

Sesungguhnya manusia dalam kerugian

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh

Dan mereka yang sabar, saling menasehati dalam kebenaran dan kebajikan juga mengerjakannya.”

Setelah shalat subuh saya diingatkan hal ini saat membuka Quran yang dilengkapi dengan tafsir:

“Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, Nabi Saw, bersabda, ‘Allah Swt. berfirman, ‘Wahai anak Adam, SEMPATKANLAH diri kalian untuk beribadah krpada-Ku, maka Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku tutupi kefakiranmu; dan jika engkau TIDAK MELAKUKANNYA, Aku akan penuhi dadamu dengan KESIBUKAN dan Aku tidak akan menutuo kefakiranmu.”(HR Ahmad)

dan My Precious Aila pun bangun.

Bandung, 7 Januari 2015 eh 2016 (belum bisa move on)