Category Archives: Uncategorized

Ph.D. Journey: 1st Year

Tidak terasa perjalanan studi doktoral saya di Kanada sudah memasuki tahun pertama. Tahun penentuan apakah kandidat doktoral dapat melanjutkan studi nya atau harus berakhir di titik ini. Ternyata Tuhan berkehendak emak-emak rempong ini terus belajar Matematika di bangku kuliah. Alhamdulillah saya lulus PhD Comprehensive exam, yang artinya saya dapat melanjutkan studi doktoral. Tentu hal ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, utamanya suami tercinta dan anak tersayang yang selalu setia mendampingi. Berikut summary perjalanan tahun pertama studi PhD in Actuarial Science di University of Waterloo.

  1. Perkuliahan

PhD student di departemen saya diharuskan mengambil setidaknya 5 mata kuliah graduate level, dengan nilai tidak kurang dari 70%. Selama 1 tahun ini saya telah mengambil 2 mata kuliah wajib (Statistical Inference dan Financial Econometrics) dan 3 mata kuliah pilihan/voluntary (Mathematics of Financial Market, Loss Model 1 and Loss Model II). Yang paling berkesan bagi saya adalah kuliah Mathematics of Financial Markets  dengan Profesor yang mengajar Prof. Alexander Schied. Di kuliah ini kami belajar tentang option pricing secara diskrit maupun continous time. Walaupun kuliah ini pre master course (bisa diambil oleh undergrad students) kedalaman materinya jauh dari yang saya bayangkan, kental sekali dengan stochastic calculus! Sedikit penjelasan terakait perkuliahan dapat dilihat di sini https://uwflow.com/course/actsc846. Terlebih Prof, Shied memang ahli di bidang Stochastic Finance, bukunya banyak dijadikan rujukan kelas Math Finance. Berikut riset Prof. Alexander Schied (http://alexschied.de/publications.html). Selain materi kelas, beliau juga mendistribusikan secara terbatas naskah buku baru beliau di bidang stochastic finance yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Bagi mahasiswa yang dapat menemukan kesalahan dalam naskah tersebut maka namanya akan masuk dalam acknowledgment buku beliau. Sangat memotivasi!

Kuliah lainnya yang berkesan adalah Financial Econometrics. Berikut penjelaasan mata kuliah tesebut https://uwflow.com/course/actsc974. Berbeda dengan premaster level, maka perkuliahan di graduate level, lebih banyak tugas dan review paper. Di akhir perkuliahan mahasiswa diharuskan membuat term paper, yaitu mengkritisi dan memberikan solusi dari satu atau beberapa paper terkait materi perkuliahan. Untuk tugas ini saya menulis tentang “Asymmetric Dynamic Correlation between Islamic and Global Equity Market”. Pengajar mata kuliah ini juga ahli di bidang financial econometrics, Prof. Tony Wirjanto. Berikut personal website beliau http://www.math.uwaterloo.ca/~twirjant/research.html. Dari namanya terlihat bahwa ia memiliki darah Jawa (Wirjanto) namun beliau lahir dan besar di Jerman. Prof. Wirjanto telah mengajar dan riset di bidang Ekonometrika selama puluhan tahun. Ya keahliannya fokus di satu bidang saja, ekonometri! Background pendidikan beliau PhD in Complex Analysis from Stanford Uni dan PhD in Econometrics and Finance from Queen’s Uni membuat kuliah ini menjadi lengkap antara proofing teorema2 dan emipircal studies dengan analisis yang dalam secara ekonomi.

Dari kedua Profesor di atas saya belajar bahwa untuk menjadi seorang expert, maka perlu fokus di suatu bidang yang spesifik. Prof di kampus ini beruntung karena hanya dibebankan mengajar 1 mata kuliah sesuai keahliannya dan dalam setiap tahun dipersilakan untuk off mengajar dan fokus mengerjakan riset.

2. Teaching Assistant (TA)

Dalam 1 tahun ini saya berkesempatan untuk menjadi TA mata kuliah Life Contingencies I and II, berisi tentang life insurance untuk undergrad students. Walaupun ilmu ini baru bagi saya, namun para Prof disini sangat supportive dengan mengatakan “The best way to learn is by teaching”. Tugas saya terbagi menjadi 4: Mengawas dan mempersiapkan ujian dan quiz, mengoreksi tugas, quiz, dan ujian mahasiswa, melaksanakan turotial, serta weekly office hour yaitu menyediakan waktu untuk konsultasi mahasiwa terkait mata kuliah tersebut.

3. Riset

Walaupun secara formal riset baru dapat dilaksanakan setelah lulus comprehensive exam (compre), namun sejak awal pendaftaran kita diwajibkan sudah memiliki supervisor(s) (SPVs). Dalam kasus saya, saya diberikan kesempatan fokus mempersiapkan compre selama 1 term (4 bulan). Di awal term kedua saya diminta untuk mempresentasikan propose topic yang saya minati. Saat itu saya propose Employee Stock Options pricing sebagai kelanjutan penelitian theis saya dan Fair Value for Sukuk (Islamic Bond), sesuatu yang baru bagi saya. Ternyata di luar dugaan, kedua  SPVs tertarik dengan topik yang kedua dan jadilah penelitian disertasi saya: Mathematical model for Islamic Finance Capital Market. Mereka menganggap topik ini challenging karena belum banyak yang menggarap dari segi Math Finance dan prospective karena diprediksi Islamic Finance (khususnya Sukuk) akan semakin berkembang di pasar global. Berikut artikel yang membuat SPVs tertarik riset terkait sukuk: https://www.cnbc.com/2016/05/26/why-islamic-bonds-may-take-off-in-the-next-few-years.html.

Perjalanan riset selama 6 bulan ini memilki tantangan tersendiri, SPVs sangat detail bertanya mulai dari definisi, sejarah hingga praktek Sukuk terkini untuk memahami secara utuh risiko yang terkait untuk keperluan modelling. Selain itu banyak asumsi yang totally different dengan prinsip dasar yang membangun ilmu matematika kauangan, yaitu keberadaan risk free interest rate sebagai martingale state dari suatu proses. Dan prinsip/asumsi dasar tersebut yang harus di ubah mengingat tidak adanya riba dalam Islam.

Saya belajar critical thinking (dari berbagai pertanyaan detail yang diberikan) hingga berbagai ilmu-ilmu Math Finance dan Statistics. Oya berikut profile SPVs saya: (https://uwaterloo.ca/statistics-and-actuarial-science/people-profiles/ken-seng-tan dan https://uwaterloo.ca/statistics-and-actuarial-science/people-profiles/adam-kolkiewicz).

Banyak hal yang perlu saya kejar untuk riset tersebut, pemahaman atas spirit dan praktek Islamic Finance serta berbagai Math and Statistics tools untuk penyelesaian masalah. Semoga kami dapat memberikan sedikit kontribusi untuk permasalahan ini.

4. Comprehensive Exam Stage I

Salah satu momok paling menakutkan bagi PhD candidate di departemen kami adalah written test of comprehensive exam stage I. Karena tes tertulis ini akan menentukan apakah seorang phD candidate dapat lanjut studi atau tidak. Ada 3 jenis output yang keluar dari tes ini: 1. Pass  2. Conditional Pass  dan 3. Failed. Jika “Failed” artinya seorang PhD candiadate tidak diperkenankan lanjut ke tahap berikutnya (mostly mereka akan transfer ke Master program). Conditional Pass berarti para committee belum yakin akan kemampuan candidate tersebut, maka candidate diharuskan melakukan tes lainnya berupa presentasi di depan komite, mengambil kuliah dengan requirement nilai tertentu atau melakukan tes tertulis kembali untuk suatu topik khusus. Dan saya, masuk kategori yang terakhir. Saya harus diuji kembali terkait topik aktuaria, sebelum akhirnya dapat tiket untuk lulus tanpa syarat dan dapat melanjutkan riset doktoral.

Comprehensive Exam stage 1 ini berupa tes tertulis yang terdiri dari 2 paper. Paper 1 terdiri dari statistical inference dan stochastic processes sedangkan Paper 2 terdiri dari Life Contingencies, Loss Models, dan Mathematical Model in Finance. Untuk paper 1 dan Math Finance saya pernah mempelajari sebelumnya, namun materi yang diuji jauh lebih dalam dari ekspektasi saya. Sedangkan untuk life contingencies dan loss models saya memang tidak memiliki modal sama sekali. Berikut silabus comrehensive exam PhD in Actuarial Science Univof Waterloo: https://uwaterloo.ca/statistics-and-actuarial-science/current-graduate-students/comprehensive-exam-syllabus. Maka di tahun pertama ini saya harus bekerja keras mengejar berbagai ketertinggalan ilmu “dasar” matematika aktuaria.

5. Seminar

Dalam setiap tahun kami diharuskan mengikuti seminar atau conference. Dalam setiap minggunya diadakan department seminar yang mengundang akademisi dari berabagai universitas lintas negara dan praktisi di bidang insurance dan finance untuk membahas isu terkini di bidang aktuaria (insurance/finance). Seminar terakhir yang saya ikuti adalah seminar terkait MicroInsurance dengan pembicara dari 3 perusahaan asuransi.

Untuk konferensi, tahun ini saya mengikuti 2 international conference di. Yang pertama conference dalam rangka 50th Anniv of Math Faculty dan Conference in Advances In Predictive Analytics yang diselenggarakan oleh WatRisQ (Waterloo Research Institute in Insurance, Securities, and Quantitatitive Finance). Dalam konferensi yang pertama saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Prof. Hary Panjer yang terkenal dengan “Panjer’s recursion” nya.

Conference Photo

Diskusi bersama Harry Panjer, foto diambil dari: https://uwaterloo.ca/sas50/statistics-and-actuarial-science-50th-anniversary-photos.

Sedangkan yang menarik pada APA conference, konferensi ini melibatkan para akademisi dan praktisi di bidang insurance dan finance. Para akademisi mempresentasikan tools terbaru di bidang APA sedangkan praktisi mempresentasikan penggunaan APA dalam bisnis mereka. Dari diskusi ini terjadi diskusi hangat tentang gap, tantangan, hambatan aplikasi APA di dunia praktis, serta ide-ide penelitian lanjutan bagi para akademisi. Saat dinner saya berkesempatan duduk 1 meja bersama head of market risk methodology and analytics dari The-Great West Life, perusahaan keuangan  terkenal di Kanada. Beliau adalah seorang doktor di bidang Elctrical Eng. yang kemudian mengambil master di bidang Quantitative Finance. Kami berdiskusi mengenai permasalahan dan pemodelan yang digunakan oleh perusahannya. Saya cukup kaget, bahwa kemampuan matematika keuangannya sangat mumpuni. Tidak jauh berbeda dengan teori pada mata kuliah finance yang saya pelajari di kelas, dan hal tersebut beliau praktekan dalam modeling sehari-hari di perusahaannya. Measure theory, stochastic finance, option pricing, neural network, artificial intelligence tidak awam bagi para praktisi di sini, mereka paham mulai dari asumsi yang dibangun sampai tataran praktis metode numerik dan pemrograman.

Membuat saya merasa semakin semangat untuk belajar. Semoga diri ini bisa mengambil semua peluang pembelajaran di 3 tahun ke depan yang kelak akan berguna untuk Indonesia.  Mohon doanya teman-teman.

Waterloo, 12 Februari 2018

Life is about planting the Seeds

Jika kamu percaya hari akhir, seharusnya Ia menjadi energi dalam kehidupanmu hingga ajal menjemput. Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa orang yang palin cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik dalam mepersiapkannya. (HR. Ibnu Majah).

Bahkan kalaupun ajal atau hari akhir terasa begitu dekat, Beliau tetap mengajarkan kita untuk tetap berusaha, melakukan kebaikan di bumi:

“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang dari kalian masih ada bibit kurma, jika ia mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, maka tanamlah” HR. Imam Ahmad.

Walaupun kita tahu pada akhirnya pohon yang kita tanam tidak akan tumbuh dan dapat kita manfaatkan. Point nya adalah terus tanam kebaikan dalam setiap langkah hingga nafas terakhir kita.

Selain pohon secara kharfiah, saya mengartikan hadits di atas dengan segala kebaikan lainnya. Dalam hadits lainnya, Sebaik-baik “tanaman” adalah: sedekah (wealth), ilmu yang bermanfaat (knowledge), anak soleh (love). Sejatinya harta, ilmu, dan cinta yang kita tanam sekarang adalah rangkaian persiapan menuju keharibaanNya.

So, what seeds will you plant today?

 

 

PEMBURU BEASISWA

Impian untuk sekolah hingga jenjang tertinggi (S3) sudah tertanam sejak saya masih memakai seragam putih abu-abu. Hingga akhinya setelah penantian selama 5 tahun, skenario-Nya membuat saya berada di titik ini. Sebuah kesempatan besar untuk bisa merasakan kembali bangku kuliah, namun, sebagai mahasiswa program doktoral (S3).  Ya, perjuangan ini saya mulai sejak Juli 2011, atau ketika Saat saya telah menyelesaikan program master (S2) di usia 23 tahun. Prosesnya secara rinci mulai saya masih single fresh graduate, bekerja sebagai dosen, menikah, hamil, menyusui, dan menyapih. Ya… dalam 6 fase silih bergantinya hidup saya tersebut,  status pejuang beasiswa itu terus jadi cap pada diri saya. Bagi penganut aliran “lebih cepat lebih baik” seperti saya, tentu 5 tahun itu waktu yang sangaaaaat panjang. Untung selalu ada pak suami yang selalu mengingatkan, “nikmatin aja prosesnya”. Padahal sekolah itu hakikatnya bukan cepat atau lambat, mirip2 kaya cari jodoh, akan datang pada saat yang tepat, jika memang itu baik bagimu.

Dari realitas sebagai “Pejuang Beasiswa” dan kini menjadi “Penikmat Beasiswa”. Ada beberapa pembelajaran yang ingin saya sampaikan sekaligus hikmahnya bagi hidup saya.

  1. SABAR dan SEMANGAT

Bukankah SABAR adalah salah satu adab dalam menuntut ilmu? Seperti sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma bahwa beliau ditanya oleh seseorang: Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu? Beliau menjawab: “Dengan lisan yang selalu bertanya dan hati yang selalu memahami serta badan yang tidak pernah bosan.”

Memang prasayarat mendapatkan beasiswa atau diterima dikampus top dunia adalah : kemampuan akademik (IPK), kemampuan bahasa (IELTS/TOEFL/lainnya), skor GRE, rekam-jejak pribadi (CV, Portofolio, surat rekomendasi baik dari dosen atau praktisi sesuai studi). Ke semua itu berkaitan dengan kemauan, mau untuk sabar dan semangat untuk melewati setiap tantangan. Banyak cerita para scholars sukses mendapatkan beasiswa atau kampus impiannya karena sabar dan semangatnya yang tak pernah padam.

a. Bagaimana bila IPK pas-pas an?

Seorang alumni ITB punya cita-cita lanjut sekolah di MIT, tapi sayangnya saat lulus dari ITB, IPK nya belum memenuhi syarat. Tapi, itu bukan alasan baginya untuk mengubur cita-cita untuk lanjut kuliah di MIT.

Setelah dengan berbagai pertimbangan panjang, akhirnya ia mengambil program master di UI dan berjuang agar dapat IPK tinggi. Setelah itu kemudian, ia baru mendaftar MIT dan berhasil! (cerita lengkapnya http://www.kajianislam.net/2012/05/adab-penuntut-ilmu-8-dari-12-sabar-dalam-menuntut-ilmu/)

Banyak juga teman saya yang bersabar menunggu waktu lulusnya tertunda, untuk meningkatkan IPKnya demi bisa lanjut kuliah di kampus impian. Dalam konteks itulah, saya berkesimpulan kembali, bahwa, apapun bisa diwujudkan bila sejak awal kita memiliki kesabaran yang hebat dan semangat yang kuat.

b. Atau ada kendala Bahasa Inggris/bahasa asing?

Alasan klasik ini merupakan cerita sebagian besar yang dialami hampir sebagian besar mereka yang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri. Wajar, ngga usah khawatir bin parno gitu. Trus, solusinya gimana? Ini cerita temen saya yang berjuang ke kampung inggris Kediri, demi dapetin nilai IELTS sesuai target. http://garudaaksara.or.id/2016/10/01/sekolah-ke-luar-negeri-kampung-inggris-pare-dan-lpdp-ada-apa/

Ada lagi temen kerja saya yang bolak balik ke IDP untuk tes IELTS, sampai 6 kali! Akhirnya lulus kok.. Saya dapet cerita dari LPDP, Mba Kevin, perjuangan orang-orang yang ambil tes IELTS berkali-kali sebelum berangkat menuju negeri seberang. Jadi, kalau kamu gagal sekali dua kali dalam tes IELTS, you are not alone. Coba terus! Costly sih emang.. tapi insyaAllah kalau ikhlas, diniatin dalam rangka meraih ilmu bisa jadi pahala.

Kalau saya? Untuk saya, yang Bahasa Inggrisnya pernah merah saat di bangku sekolah, urusan IELTS atau TOEFL ini cukup challenging. Buku2 IELTS Cambridge edisi 1-10, IELTS Master, Baron semuanya udah saya coba, ditambah bantuan kelas singkatnya IEDUC dan Ko Ibeng (tempat lest IELTS di Bandung).

c. CV, motivation letter, surat rekomendasi, portofolio, essay, reserach proposal

Ini semua hal yang sangat bisa terus diperbaiki dengan konsisten berkarya. Gunakan masa penantian beasiswa, untuk menambah karya-karya (portofolio). Bahkan, untuk siswa SMA di Eropa atau Amerika ngga heran kalau mereka menunda langsung lanjut ke bangku kuliah. Mereka memilih untuk internship atau traveling keliling dunia dalam rangka menyiapkan “motivation letter” atau “statement of purposes” mereka.

Saya pribadi menggunakan masa penantian dengan mengambil setiap kesempatan yang memberikan nilai tambah di bidang matematika keuangan (keilmuan yang saya minati). Volunteer menjadi tutor mata kuliah terkait, ikut terlibat di kelompok riset matematika keuangan, mempelajari jurnal terkait, mengikuti atau menyelenggarakan shortcourse (workshop), serta belajar langsung dari para mentor (dosen, alumni, praktisi). Selain untuk content aplikasi kampus/beasiswa, hal ini penting untuk mengkonfirmasi diri apakah kita benar-benar minat/butuh melanjutkan studi di bidang tersebut?  Ketika kita sudah bekerja giat, tentu surat rekomendasi dari pakar pun akan dengan mudah kita dapatkan.

d. SABAR dan SEMANGAT dengan segala PENOLAKAN

Setelah mengusahakan kesemuanya itu, jangan ragu untuk daftar beasiswa. Eh terus gagal? Ooo…itu biasa banget. Saya punya temen LPDP, seorang dokter, beprestasi, pekerjaan dan kontribusi nyata sebagai dosen dan dokter, sering masuk TV karena keilmuannya, rendah hati, suka menolong, dan cantik pula (saya nyebutnya seleb dokter). Siapa sangka ternyata ini adalah percobaan kedua dia, setelah sebelumnya gagal daftar LPDP. Coba orang keren kayak gitu aja pernah gagal beasiswa kok, untung dia ngga nyerah.

Ngehubungin profesor atau kampus ga dapet balesan? haduh itu juga biasa, ya anggepnya emang ngga jodoh. Saya punya temen yang sekarang akhirnya melanjutkan studi di Cambridge setelah sebelumnya ditolak kampus lainnya di UK. Saya sendiri juga pernah di tolak profesor atau kampus, sekarang malah dapet kampus dengan peringkat tiga besar dunia untuk bidang keilmuan saya, Actuarial Science.

Pada akhirnya ditolak dan menolak akan menjadi penghias cerita perjalanan seorang pejuang beasiswa. Kalau kata Pakcik (sahabat saya dari Malaysia, yang baru saja menyelesaikan program doktornya di Norwegia) “Jika memang jalan tersebut mudah bagi kamu mungkin memang itu jalanmu”, saat dia menasehati saya untuk mengambil kesempatan beasiswa dan universitas saya sekarang ini. Jadi, selain Jangan berhenti mencoba juga lalui berbagai jalan. Karena perjalanan setiap orang berbeda dan unik, kita tidak tahu lewat jalan mana kesuksesan kita.

  1. The power of “Doa Ibu” dan “rido suami”

Kalau bukan doa mama, mana mungkin saya yang matematika dan bahasa inggrisnya merah di rapot ini bisa melanjutkan studi S3 bidang matematika di luar negeri. Untuk saya pribadi, izin dari suami adalah hal utama. Maka rencana melanjutkan sekolah ini menjadi salah satu pembicaraan serius kami sejak awal (mau menikah). Sejak awal menikah hingga detik ini pun suami malah jadi suporter utama saya, asalkan pekerjaan sebagai istri dan ibu yang utama tidak terabaikan. Tentu membagi peran dan waktu sebagai seorang istri, ibu, wanita karir, plus (calon) mahasiswa (baca: pemburu/penikmat beasiswa) tidak mudah tetapi juga bukan tidak mungkin. Rasanya jauh lebih ringan banget kalau keluarga apalagi temen hidup mendukung apa yang sedang kita usahakan. Bahkan kami juga mulai memberikan pengertian kepada Aila (3 tahun, anak pertama dan satu-satunya saat ini) tentang perjuangan ayah dan bundanya.

Jadi bagi yang bingung antara menikah atau sekolah, kedua hal tersebut seharusnya bukanlah hal yang perlu dipertentangkan, mengutip pernyataan sang suami saat diskusi awal pernikahan.^^

  1. Menolong orang dan Doa

“Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

Dalam lika-liku perjalanan yang saya alami, seringkali malah kesuksesan datang dari arah-arah yang sama sekali tidak saya rencanakan atau bahkan tidak dipikirkan alias tak terduga. Selain doa ibu, saya percaya bahwa kemudahan yang selama ini saya dapatkan adalah doa dari sahabat atau orang yang pernah kita tolong. Ini mungkin klise, namun, mekanisme kerjanya efektif terealisasi dalam hidup saya. Juga halnya cerita saya mendapatkan pembimbing saat ini. Mulanya saya diminta seorang kolega untuk menemani tamu beliau (yang sekarang menjadi spv saya). Siapa sangka ternyata kami memiliki research interest yang sama dan beliau tertarik untuk menjadikan saya mahasiswa doktoralnya. Selain membantu saya dalam proses pendaftaran kampus, beliau juga mempertemukan saya dengan para jawara lainnya di bidang Math Finance.

Intinya, Sebaik apapun kita berusaha kalau Allah tidak berkehendak maka tentu tidak akan terjadi, juga sebaliknya jika Allah meridoi apa yang kita citakan, maka segalanya akan menjadi mudah. Jadi, mintalah selalu doa kepada orang-orang di sekitar kita serta pertolonganNya dalam setiap asa.

So, selamat menikmati perjuangan-mu kawan!

Salam hangat dari Waterloo yang sedang dingin. ^^

Hari ke-3 tanpa si Mbak

Catatan ini berkisar tentang pilihan pola asuh bagi working mom seperti saya yang memiliki waktu kerja cukup barebas as long as produktifitas terjaga. Kenyataan “pahit” bahwa si Mbak harus pulang kampung berbuah refleksi tulisan ini.

Sudah kurang lebih 4 bulan terakhir Aila (2 yo) sehari-hari ditemani oleh Mbak Nur saat saya bekerja. Setelah sebelumnya ia menjadi anak daycare. Dan sekarang almost 24 hours Aila kembali bersama Bundanya seperti saat massa cuti 3 bulan pasca melahirkan. Tiga hari ini saya meninggalkan Aila hanya di saat saya harus mengajar atau ada rapat di kampus, tidak lebih dari 4jam dan jika lebih dari itu Aila saya bawa dan dititipkan sementara di daycare.

Untuk emak2 tipikal saya yang ngga percayaan sama orang dan banyak maunya sepertinya pola asuh 3 hari ini yang paling ideal. Saya bisa memastikan apa saja yang Aila makan. Mulai bangun dari tidur kami mandi bersama, makan bersama, bermain bersama, bercerita bersama, berkeliling kompleks bersama, ke masjid bersama, solat bersama, mengaji bersama, bersih-bersih rumah bersama, hingga malam tiba kami tidur bersama. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik di setiap detiknya. Dengan pola tingkah yang semoga bisa menjadi teladan yang baik, ucapan dengan harapan bisa menjadi hikmah baginya, dan iringan doa ibu untuknya. Walau saya menyadari betapa ilmu dan kesabaran saya menjadi ibu masih sangaaaaat kurang. Tetapi semoga semangat belajar, niat tulus, dan setiap untaian doa bisa menutupi setiap khilaf pola asuh ini. Semoga Allah senantiasa menjaga fitrah Aila selayaknya untuk apa manusia diciptakan.

Haruskah saya menjadi full time mother? Keinginan menjadi seorang ibu merupakan doa saya. Saya menyadari hal tersebut pilihan sadar saya serta saya menyadari implikasi dari amanah tersebut, sebuah amanah yang tak dapat diwakilkan terlebih pertanggungjawabannya. Menjadi seorang dosen pun doa saya. Dan Allah mengabulkan keduanya, bahkan mengabulkan pencapaian profesi terlebih dahulu. Saya percaya, Allah menakdirkan saya menjadi seorang dosen di kampus gajah ini karena suatu tujuan baik. Saya menikmati kedua peran ini sebenarnya. Terlebih impian menjadi dosen dikarenakan selain kontribusi yang dapat saya lakukan juga peluang dapat mengasuh anak seperti 3 hari terakhir ini.

Tapi konsekuensinya, saya harus menjaga produktifitas kerja. PEGATURAN WAKTU dan STAMINA kuncinya. Saat membersamai Aila saya harus bisa mengerjakan beberapa pekerjaan teknis yang tidak begitu menyita waktu dan fikiran seperti membalas email. Ketika berada di kampus, saya harus taktis mengerjakan berbagai pekerjaan yang harus dikerjakan on site. Ketika Aila tidur saatnya mengerjakan kerja otak yang lebih berat seperti riset dan persiapan sekolah yang tertunda (semoga segera terwujud jika memang Ia meridhai).

Saya ingin mengkahiri tulisan ini dengan refleksi pengasuhan daycare dan sitter.

Sisi positif daycare:

  1. membuat Aila punya kesempatan untuk bersosialisasi dengan peer nya tanpa pengawasan sang Bunda. Kondisi ini membuat dia mandiri karena ngga ada pilihan untuk ngadu sama Bunda atau sitter nya, dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Aila juga bisa belajar lebih cepat dan semangat melihat kakanya yang berjarak beberapa bulan lebih tua dari dia.
  2. Pengajar dan sistem di daycare profesional dan berpengalaman. Tidak seperti Bundanya yang baru punya pengalaman ngurus anak ditambah sedikiiiiiit ilmu. Sitter di daycare diberi pembekalan rutin, ditambah servis psikolog dan dokter yang memantau rutin perkembangan anak.Alhamdulillah di daycare ini Aila betah terlebih dengan pengasuhnya sejak bayi. Terimakasih Ibu Rany. 🙂
  3. Letak daycare yang dekat dengan kantor sang Bunda membuat waktu interaksi dengan anak lebih banyak. Selain bunda bisa datang kapan saja untuk memberi ASI langsung juga setidaknya mom n baby menghabiskan waktu perjalanan pp rumah-kantor bersama. Terlebih saya yang bisa menghabiskan 2 jam di jalan (pp).

Sisi negatif daycare:

  1. selama di daycare Aila sering sakit (hampir tiap bulan flu, tapi sih kata AAP- American Academy of Pediatric paparan virus-virus ringan di daycare tersebut bisa jadi imun untuk tubuh si anak. Tapi ngga tega juga liat bayi flu, yang untuk buang dahak perlu perjuangan sampai muntah-muntah. Belum lagi virus lainnya seperti flu singapura, campak, sakit mata yang pernah mewabah di sekolah Aila. Mungkin variabel anak cepet sakit tidak hanya karena virus yang merajalela di daycare tapi juga kelelahan (bangun subuh, pulang sore, capek di jalan, ac, atau udara)
  2. selain anak bisa mengadaptasi sisi baik kebiasaan temannya, sisi buruk juga bisa teradaptasi.

Awalnya saya cukup menguatkan diri bahwa daycare lah opsi terbaik bagi kami. Namun, saat usia lebih kurang 1.5 tahun Aila terkan isk berulang dan mengharuskan toilet training segera namun daycare tidak memungkinkan untuk melakukannya. Akhirnya kami memutuskan mencari pengasuh. Yang membuat saya berani meninggalkan Aila dengan pengasuh karena ada tante Aila yang tinggal di rumah juga sehingga bisa memantau Aila. Selain itu, si Mbak ini saya dapat dari orang yang saya percaya.

Sisi positif Sitter:

  1. Aila jarang sakit. Kalaupun sakit cepat juga pemulihannya. BB nya pun semakin meningkat.
  2. Kita bisa mengatur si Mbak. Makanan yang dikasih apa, mainannya apa, list do and don’t , dan aturan-aturan lainnya.
  3. Bonding antara Ibu-anak-sitter lebih terbangun. Si Mbak bisa menjadi seperti keluarga sendiri, tinggal 24 jam bersama kita. Si Mbak bisa lihat cara pengasuhan kita saat malam atau weekend bersama anak, dia bisa terpapar value keluarga yang ingin kita bangun.

Sisi negatif Sitter:

  1. Pengwasan kurang baik. Kesulitan untuk memantau setiap saat. Mungkin ini bisa diatasi dengan menaruh CCTV di berbagai sudut rumah yang terhubung ke kantor.
  2. Konstrain habit dan pendidikan. Hal ini pernah saya akali dengan membawa si mbak ke seminar parenting dan kasih buku-buku. Tapi doi nampaknya tidak tertarik. Di lain sisi, saya banyak belajar dari si Mbak tentang beberapa pengobatan tradisional ala kampungnya yang cukup mujarab.

Semoga Allah yang Maha Kuasa memberi kekuatan agar STAMINA ini tetap terjaga dan memberi petunjuk agar diri ini menjadi pintar MENGATUR WAKTU.

 

21 Januari 2016 Pk. 02.00 waktu Bandung bagian Ujungberung

 

 

Sebuah renungan subuh tentang KESIBUKAN

Beberapa hari ini saya merasa sangat sibuk. Sampai-sampai sering terlambat makan hingga shalat wajib pun di akhir waktu. Padahal apa yang saya sibukkan belum tentu membawa kebaikan bagi saya atau lingkungan. Atau yang saya harapkan sampai di perjuangan setengah mati, belum tentu yang saya butuhkan.Dan kemudian saya merasa k.o.s.o.n.g diantara kesibukan. Sampai satu pertanyaan “What’s the main purpose(s) of your life Dila?”. Bukankah apapun aktifitasmu untuk mencari ridho-Nya?

Pagi ini, saat shalat subuh lidah saya memilih membaca surat Al-Asr:

“Demi masa

Sesungguhnya manusia dalam kerugian

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh

Dan mereka yang sabar, saling menasehati dalam kebenaran dan kebajikan juga mengerjakannya.”

Setelah shalat subuh saya diingatkan hal ini saat membuka Quran yang dilengkapi dengan tafsir:

“Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, Nabi Saw, bersabda, ‘Allah Swt. berfirman, ‘Wahai anak Adam, SEMPATKANLAH diri kalian untuk beribadah krpada-Ku, maka Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku tutupi kefakiranmu; dan jika engkau TIDAK MELAKUKANNYA, Aku akan penuhi dadamu dengan KESIBUKAN dan Aku tidak akan menutuo kefakiranmu.”(HR Ahmad)

dan My Precious Aila pun bangun.

Bandung, 7 Januari 2015 eh 2016 (belum bisa move on)

TERNYATA HIDUP MEMANG SESEDERHANA ITU-SETIDAKNYA BAGI TERE-LIYE

Beberapa jam yang lalu saya ngobrol dengan seorang teman via Yahoo-Messenger. Obrolan beralih menjadi pengalaman hidup dengan segala miracle dan skenarionya. Jadi teringat novel pemberian sahabat “Rembulan Tenggelam Di Wajahmu” karangan Tere-Liye. Dan saya menemukan resensi-nya yang saya tulis 9 Juni 2009 yang lalu. 🙂

***

… “ Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur.

 

Kuitpan diatas merupaka salah satu kalimat yang diutarakan sang malaikat kepada Ray. Tere-Liye menggunakan alur maju mundur yang dilakukan berulang-ulang. Diceritakan seorang pasien berumur bernama Rey, yang dalam koma panjangnya ia didatangi oleh seorang malaikat yang hendak menjawab lima pertanyaan yang selalu dipertanyakan oleh Ray. Pertanyaan yang lazim dikeluarkan oleh setiap manusia. Apalagi oleh seorang Ray yang sejak kecil mengalamai pasang surut kehidupan yang keras.

Raihan nama kecil Ray, tidak pernah melihat ayah-ibunya sejak kecil nya. Ia yatim piatu disebabkan suatu kebakaran yang disengaja. Sejak itu ia dirawat di Panti asuhan yang sayangnya ia diperlakukan kejam disana, diasuh oleh penjaga panti yang terobsesi untuk naik haji. Akhirnya ia memilih keluar dari panti itu dan bertemu dengan keluarga baru dirumah singgah, namun hanya enam tahun sebelum ia akhirnya memutuskan pergia. Ia pergi bukan karena tidak mencintai keluarga barunya namun karena suatu kejadian tragis yang karena ulahnya, anggota keluarga singgah mengalami suatu tragedy. Maka ia tidak merasakan lagi keindahan suatu keluarga. Bahkan ketika ia memulai berkeluarga dengan isteri yang dicintainya, tak lama dua anak dan istrinya meninggalkannya. Hingga Ray sang anak jalanan itu menjadi seorang pebisnis nomor satu-pun ia merasa hidupnya kosong.

Maka, tak salah dirinya selalu diliputi pertanyaan-pertanyaan: apakah hidup ini adil? Apakah kita memilki pilihan dalam hidup? Apakah maksud kehilangan? Apakah cinta itu? Apakah kaya adalah segalanya?  Setiap hari pertanyaan itu selalu berkecamuk dalam pikiran Ray. Hanya rembulan malam yang bisa menenagkannya dari semua pertanyaan itu.

Akhirnya pertanyaan itu terjawab, langsung dijawab oleh malaikat yang menemuinya di saat koma panjangnya. Rey mendapatkan kesempatan malakukan perjalanan masa lalu. Satu per satu pertanyaan tersebut dapat terjawab. Tidak semua yang kita lihat di dunia ini lengkap seperti yang kita fikirkan. Hanya Allah yang Maha Tahu, tahu yang terbaik bagi umatnya. Terdengar klasik, namun setelah membaca novel ini, pernyataan itu memang logis adanya. Hidup adalah suatu sebab akibat. Mengapa kita lapar?karena kita belum makan. Mengapa kita sakit?mungkin kita pernah menyakiti orang lain tanpa kita sadari. Apakah kita baru akan percaya setelah di datangi oleh malaikat?

Terlihat Tere-Liye ingin menyebarkan filosofis hidupnya kepada para pembacanya. Menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini sungguh sederhana. Bekerja keras namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sejatinya kita sudah hidup bahagia.

 

 

FIM Rescue Rangers Goes to Jogja: “Pengalaman Pasca Merapi, Indahnya Berbagi, Sinergi dan Kolaborasi”

Sejak Jumat malam (17 Desember 2010) – Sabtu(24 Desember 2010) saya menghilang dari peradaban Bandung untuk mengikuti pelatihan FIM Rescue. Sabtu-Minggu adalah sesi materi penaggulangan bencana, turut mengisi acara ACT, merC, dll, belajar pendirian tenda, membuat dapur umum. Minggu sore-selasa pagi saatnya camping dan outbond di buperta (bumi perkemahan) bersama tim nya pak esnoe. Mulai dari solo bivak, sampai membawa korban menyebrangi danau menggunakan tali. [mengenai materi akan dibahas di halaman berbeda]

Selasa siang, setelah penutupan pelatihan FIM Rescue di bumi perkemahan, buperta, bogor, kami para fim rescue rangers yang berjumlah 31 orang berangkat menuju st. Senen dengan menggunakan angkutan kota. Di St. Senen kami bertemu dengan pasukan Paramadina yang siap berangkat dengan sumbangan tas hasil konsernya. Ini kali pertamanya saya menumpang kereta api ekonomi untk perjalanan jauh. Pengalaman menggunakan kereta ekonomi sungguh luar biasa. Miris melihat kake2 dan cucunya yang tidur di sebelah toilet tidak kebagian tempat, suara tangisan bayi-bayi yang harus berebut oksigen dengan ratusan orang dewasa, teriakan penjual asongan yang tidak henti selama 12 jam. Perjalanan 12 jam itu sangat saya nikmati, main kartu, bertukar cerita, main tebak-tebakan, serasa gerbong milik kami ber35.  Tak jarang penumpang lainnya pun ikut tertawa melihat kekonyolan kami. Mendekati St.Lempuyangan Yogjakarta, kami bersiap2 turun, 30 menit lamanya saya berdiri di muka pintu rel kereta. Menikmati malam Jogjakarta dari depan pintu kereta api yang berjalan itu MENYENANGKAN kawan!

Pk.23.30 kami tiba di St. Lempuyangan. Rencana awal, kami akan bermalam di St.Lempuyangan sampai besok pagi. Namun, takdir berkata lain. Kami di jemput oleh salahsatu rekan rescuer, lalu di antar ke masjid milik Salim A Fillah (Penulis buku yang terkenal itu). Senangnya, melewati jogja dengan mobil bak terbuka (thx to Mas Rifqi and the geng). Penyambutan ustad Salim luar biasa. Kami disiapkan kasur sesuai dengan jumlah kami, teh manis hangat, dan sarapan soto Jogja yang maknyuss.  (Kabarnya, masjid ini dijadikan masjid percontohan oleh pemerintah. Bangunan mesjid berlantai 2 ini biasa dijadikan ‘penginapan’ untuk orang-orang yang datang ke jogja dan bingung menginap dimana. Ciri khas lainnya, pemberdayaan kewirausahaan di sepanjang kompleks mesjid dominan, uang kas masjid ‘nol’ setiap hari jumat).

Rabu pagi kami di jemput oleh bis sewaan kawan2 FIM Jogja untuk berangkat menuju Magelang, 2 jam dari Jogja. Penduduk desa sudah tinggal di rumah masing-masing. Peninggalan pasca Merapi adalah gunungan pasir di depan rumah, pohon2 yang mati, batu-batu yang terbawa banjir lahar dingin. Tempat tujuan kami adalah MI (setingkat sekolah dasar) yang ada di desa tersebut. Hari pertama kami gunakan untuk melakukan assessment kebutuhan warga sekaligus pendekatan. Sore hari nya kami melakukan rapat koordinasi untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan dua hari kedepan. Kegiatan yang akan dilakukan adalah: outbond untuk anak SD, penyuluhan kesehatan, nonton bareng warga, diskusi bersama warga, dan gotong royong.

Teringat pesan Pak Elmir sebelum kami berangkat menuju Jogja, gunakan waktu yang ada untuk bersama-sama dengan warga bukan dengan sesama teman rescuer. Setelah selesai rapat, beberapa dari kami main dengan anak-anak, ada yang keliling ke rumah warga, dan ngopi-ngopi bareng bapak-bapak disana. Saya memilih membuat kegiatan belajar bareng dengan anak2 SD/MI. Beruntung dulu saya pernah mengabil mata kuliah Pengajaran Matematika Sekolah, “Sesungguhnya yang terpenting bukan bagaimana cara berhitung, tetapi pengalaman dalam proses mengajar”  kata-kata Pak Iwan Pranoto 3 tahun yang lalu. Saya ingin membuat pengalaman itu. Kami membuat kelompok belajar dengan anak kelas 6 menjadi guru untuk kelas 5, kelas 5 jadi guru untuk kelas 4, dst. Anak-anak terlihat antusias belajar matemetika sambil main guru-guruan. Teman saya yang dari jurusan pertanian, mengisi waktu dengan bercerita ke warga tentang strategi sukses menanam bibit di atas tanah bekas letusan merapi, teman saya yang berprofesi sebagai dokter memberikan penyuluhan kesehatan, yang dari jurusan psikologi mendatangi keluraga yang anaknya teridentifikasi trauma. Indahnya sinergi. Sekarang, saya rasakan pentingnya kita mendalami keilmuan kita, suatu saat pasti akan berguna bagi masyarakat.

Malam harinya, ketika teman-teman rescuer mengadakan diskusi dengan warga sambil ngopi bareng saya bersama Naima, membuat kelompok pengajian anak-anak. Diskusi warga berjalan panas (menurut cerita salahsatu temanku yang mengikuti diskusi). Salah satu topik diskusi itu adalah bagiamana ‘mengisi’ perekonomian keluarga. Kebanyakan warga berprofesi sebagai petani salak. Namun salak-salak mati terkena erupsi merapi. Bantuan logistik, hampir habis. Sedangkan untuk menanam salak kembali butuh waktu 3 bulan. Akhirnya tercapailah solusi, tanah-tanah kembali ditanami salak, sambil menunggu 3 bulan, diantara tanah-tanah tersebut ditanami tanaman biji-bijian, kami bersedia membantu penyediaan benih tanaman. (mengenai solusi benih ini, sebenarnya saya tidak begitu paham).

Kelompok pengajianku pun tidak kalah panasnya. Kami sharing soal cita-cita dan pentingnya mengaji. Cita-cita mereka beragam, mulai dari guru, dokter,perawat,pilot, dll. Namun ketika ditanya, habis lulus SMP mau lanjut SMA dimana? Mereka bingung, memang harus ya lanjut sekolah sampai SMA? Tuhan, sekarang sudah tahun 2010 dan di negeri ku tingkat pendidikan masih jadi masalah. Dosen ekonometrika ku pernah bilang “sekarang ini kemajuan suatu negara dilihat dari tingkat kebebasan memilih rakyatnya”. Kalau hanya lulusan SMP, adakah pilihan untuknya menjadi guru atau dokter? Masalah klise tetapi selalu mebuat saya cenat cenut memikirkannya. Acara pengajian ditutup dengan pembuatan jadwal harian (time management).

Kamis pagi dimulai dengan acara outbond bersama anak-anak SD/MI. Acara yang seharusnya dimulai pk.08.00 dimulai lebih cepat pk.07.00, anak-anak itu begitu in time. Acara dimulai dengan senam bersama. Lalu setiap anak dibagi ke  dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok bersama-sama menuju pos-pos outbond yang telah disiapkan. Ada 5 pos yang kami siapkan, yang tersebar di desa itu. Pos lari di sebeleh masjid, pos memasukkan botol di depan gubuk warga, pos botol berlubang di pinggir sungai, pos komunikata di dekat pos ronda, pos sebrang di salah satu pekarangan warga. Anak-anak terlihat antusias, nampaknya ini kali pertamanya mereka melakukan outbond, apalagi mereka akan mendapatkan bintang jika mampu menyelesaikan tantangan. Acara seperti ini yang biasa saya dan teman-teman HIMATIKA persiapkan berbulan-bulan mampu dipersiapkan oleh tim outbond dalam waktu semalam. Dengan perlengkapan seadanya, namun keren! Perlengkapan dan games yang dibuat mirip seperti games yang saya ikuti saat pelatihan FIM dulu, dengan menggunakan pelatih professional. Menurut temanku yang dari jurusan psikologi games tersebut disusun dengan tujuan mengembalikan kebersamaan anak-anak, kerja tim, dan semangat untuk terus maju dan berprestasi. Semangat ‘bisa’ nya itu tidak hanya tertanam untuk anak-anak, tetapi juga untuk saya. Dengan waktu dan alat seadanya, tujuan besar akan tetap ‘bisa’ dilaksanakan. There’s  a will there’s a way.

Siang harinya bertempat di masjid desa (walaupun rumah warga terbuat dari gubuk, namun masjid nya bagus dan besar. Masjid yang dekat kompleks rumahku saja kalah bagus). Di sini saatnya anak-anak diajari tentang kebersihan oleh para dokter. Anak-anak diajari praktek mencuci tangan yang benar. Setelah peyuluhan kebersihan saatnya minum susu bersama dan pembagian tas dan alat sekolah.

Magrib pun  tiba, kami semua para rescuer dan warga berkumpul di masjid untuk melakukan solat magrib bersama. Kami memang membiasakan untuk melakukan solat bersama warga tepat waktu agar lebih dekat dengan warga. Bahkan kami memilih salahsatu teman rescuer untuk menjadi PJ sandal. Tujuannya adalah ‘berdakwah’ memberikan pelajaran kecil tentang kerapian. PJ sandal akan membereskan setiap sandal agar selalu tersusun rapi. Dampaknya luar biasa, pendatang masjid mulai rapi, dan meminta pelajaran-pelajaran lainnya. Pj sandal? Kecil sih tapi dampaknya luar biasa. Terkadang kita lupa dengan hal-hal sederhana.

Setelah solat magrib, saatnya tim dokter beraksi. Sekarang penyuluhan kesehatan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu. Warga terlihat antusias, terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Diskusi kesehatan berkhir saat azan isya berkumandang. Acara berikutnya adalah nonton bersama. Film pertama adalah film kartun mengenai tata cara solat nabi, film berikutnya mengenai dampak negative rokok. Acara selesai pk.21.00.

Ini malam terakhir kami tinggal disana. Malam ini saya menginap di rumah Utami Surya. Surya yang duduk di kelas 6 SD ini terlihat berbeda dari anak-anak lainnya. Ia terlihat lebih dewasa, mungkin karena terbiasa ditinggal kerja ayah dan ibunya dan harus mengasuh adiknya yang masih balita. Selain itu, kecerdasannya pun terpancar dari sikap dan obrolannya. Dia ingin melajutkan sekolah ke SMA Taruna Nusantara di kota magelang, nantinya ia ingin mejadi suster yang go internasional, menolong orang dan bisa keliling dunia (bisa gabung MerC pikirku). Kebetulan saya, membawa buku travelling to europe, pas sekali untuknya. Malam itu kami tidur sangat larut. Kami bercerita banyak, mulai dari masalah kewanitaan, cita-cita dan kehidupan kota. Saya yakin cahaya sang Surya kelak kan membangkitkan Srumbung. Saya banyak belajar darinya tentang ‘pelayanan’. Ia benar-benar menjadi guide saya di kampung itu. Dia juga menyiapkan tempat tidur, membuatkan minuman, terkadang memasak, dan menunggui kami rapat evaluasi hingga larut malam agar kami (recuer) bias menginap di rumahnya. Yah, sebenarnya rakyat Indonesia memang ramah. Saya kaget, tiba-tiba ia memakaikan gelang ke tangan saya. Dan malam itu kami akhiri dengan pelukan.

Jumat pagi, setelah senam bersama dan gotong royong, kami berpamitan dengan warga yang berkerumun di bus kami. Kami saling berpelukan dan saling memberi pesan. Kami pun meninggalkan desa Srumbung menuju Cangkringan. Cangkringan, Jogjakarta mungkin tempat yang terparah terkena dampak letusan gunung merapi. Daerah ini sudah menjadi tempat wisata. Untuk masuk ke kawasan tersebut, kami di kenakan retribusi Rp.1000,00. (Untuk mencapai lokasi rumah mbah marijan yang legendaries itu, kita bisa menyewa ojeg dengan biaya Rp.10.000,00. )Tempatnya 15 km dari kaki gunung Merapi. Walaupun jaraknya 15 km, gunung Merapi terlihat sangat jelas dari desa tersebut. Jelas, karena tidak ada gedung,rumah, ataupun pohon yang menghalangi. Semuanya ludes terbakar awan panas, dan tersapu lahar. Bahkan batu-batu yang terbawa letusan gunung merapi, tingginya melebihin tinggi tubuhku. Terbayangkan bagaimana menyeramkannya terjebak di tempat itu saat terjadinya erupsi. Bahkan, pasir-pasir itu masih panas jika disentuh, dan masih mengeluarkan asap.

Setelah menunaikan solat Jumat, kami kembali ke st. Lempuyangan menuju Jakarta. Tidak seperti perjalanan pergi, kami semua terlelap tidur di dalam kereta keonomi yang penuh sesak, kelelahan.

Hanya sedikit yang dapat kami beri, namun semoga berarti. Terimakasih ya Allah untuk keluarga baru FIM Rescue Rangers yang penuh warna, dan untuk pengalaman hati yang tak ternilai. Keep holding on.

*outbond ceria

*foto bersama sebelum pulang

*batu yang terbawa lahar dingin, saya&surya sebagai pembanding.

*aliran lahar dingin, dulunya ladang perkebunan.

*sisa ‘sapuan’ merapi

*kondisi di Cangkringan, Jogja

 

Sarjana

Agustus 2006

Akhirnya saya menjadi MAHAsiswa. Tapi bukan menjadi mahasiswa psikologi seperti yang dicita-citakan. Dari jaman TK [sampai sekarang] saya mengidolakan profesi ‘psikolog’. Saya resmi diterima menjadi mahasiswa matematika ITB. Rasanya? biasa aja..malah masih ngarep bisa belajar psikologi pada saat itu. Kami, diterima di SABUGA oleh Pak rektor. Yang paling saya ingat, waktu itu kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh Abah Iwan (pencipta lagu mentari). Pertama kalinya saya menitikkan air mata menyayikan lagu kebesaran itu. Bergetar rasanya menyanyikan lagu itu bersama putra-putri ter**** bangsa dari sabang sampai marauke sambil melihat bendera merah putih yang berkibar-kibar. Di gedung ini juga saya pertama kali dikenalkan dengan suasana kemahasiswaan ITB. mahasiswa dan rektorat ngga akur. saya dapet surat cinta dari rektor yang isinya ancaman DO kalau ikut OSKM (nyesel juga dulu lugu banget sampe beneran ngga ikut OSKM).

tahun1:  [T]ahap [P]aling [B]ahagia

Tahun pertama di ITB, saya masih menjadi mahasiswa TPB(Tahap Persiapan Bersama) FMIPA. Tahapan ini bisa dibilang kelas 4 SMA. Belajar fidas,kidas,kalkulus, teman-teman sepermainan pun masih teman-teman SMA. Secara anak-anak SMA3 emang banyak yang masuk ITB.  Di tahun ini, ITB sedang heboh dengan acara terbesar 4tahuan sekali, “Pasar Seni”. Saya iseng-iseng daftar jadi panitia keamanan. Kerjaannya cuman nonkrong di stand yang udah ditentukan terus ngider-ngider dikit. hehe. Dulu bos keamanannya Bang Kopral. Lumayan dapet kenalan anak-anak Tambang, Biologi, PSIK, Geodesi, SR. Masih di tahun ini, sehabis Pasar Seni, ITB heboh dengan olimpiade. Acara pertandingan olahraga antar himpunan.Seneng kerja bareng eboll, vivi, acint, sinta, yuris, dan anak-anak UBT (Unit Bulu Tangkis). Diacara ini saya kenal yang namanya himpunan dengan berbagai warna jahimnya serta jargon2 kebangsaannya. Ada 1 lagi acara besar tahun ini PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) cem OSKM. Nah disini lebih seru lagi mengenal ITB. Kenal temen-temen dari macem-macem jurusan. Dengerin orasi KEMAHASISWAANnya para danlap(Aul,TP, Candra) yang menggugah,”Ada kata Maha di depan kata siswa” .Kenal salam ganesha, “Untuk-Mu Tuhan, Bangsa, dan Almamater, Merdeka!”. Kepanitian PMB bisa dibilang titik balik kejiwaan saya. heuheu. maksudnya mulai berasa mahasiswa nya.Disini mulai berfikir: “Mau jadi mahasiswa seperti apa saya?”

Selain kepanitiaan-kepanitiaan saya mulai terjun ke dunia jurnalistik kampus. Saya gabung dengan BOULEVARD. Majalah kampusnya ITB. Dengan kartu pers banyak privilege yang didapet, bisa masuk acara-acara tanpa tiket! selain itu, pengalaman wawancara petinggi2 rektorat, dimainin saat wawancara di salahsatu himpunan timur, sampe keliling nyari iklan + dagang majalah di kampus semuanya dirasain di boulevard. Senang sekali, dapet bimbingan menulis gratis dari Ikram, Ika, dkk. heuheu.

tahun2: MA 101

Setelah setahun di TPB, setiap mahasiswa di juruskan. Hore saya masuk matematika (walau masih ngarep psikologi Xp).Nim saya pun berubah 10106008, 3 angka pertama adalah kode jurusan matematika, 2 angka berikutnya menggambarkan angkatan dan 3 angka terakhir menunjukkan nomor urut. Ngga lama setelah pengumuman kami dikumpulkan oleh senior untuk Orientasi jurusan. Masa orientasi yang singkat, hanya 1 bulan terhitung dari persiapan sampai pelantikan. Tetapi 1 bulan yang ngga akan pernah terlupakan. ada acara idho debus pas pelantikan, ijal dengan m.a.c.h.o versinya, pertarungan ido dengan lulu, tragedi koran. 1 bulan yang bikin cinta sama anak2 MA06. Para pembangkang yang lovable. heuheu.. “Satu rasa,satu hati,satu jiwa” itu jargon kita. Abis pelantikan, lanjut LKO dan akhirnya dikasih jahim merah marun. haha. Kaderisasi bikin kami(MA06) makin kompak.

Ngga akan pernah melupakan masa-masa bersama kawan2 MA06:

-belajar aljabar liniear elementer di lantera+dago plaza sampe jam 2 pagi

-karokean bareng geng cupu, ncek, siti, para cowo-cowo hina, sarko,maya,prita.

-nginep2an setiap h-1 ujian bersama achie,site,irma,icha,kisar,agna,cucu,wika,dibaw,dey,nyunye

-curhat2an di kamar kostan Icha. pasti merindukan kata-kata penyemangat dari Ichacung. ><

-buka puasa bareng di panti asuhan

-jalan-jalan ke punclut

Tahun ini bisa dibilang tahun diklat. hehe. setelah kaderisasi jurusan, kabinet KM ITB ngadain pelatihan namanya DAT (Diklat Aktivis Terpusat). Saya, Suryo, Kisar, mewakili HIMATIKA dalam diklat ini. Pengalaman luar biasa ketemu orang-orang hebat dari macem-macem lembaga kemahasiswaan ITB. Ngga heran, tahun berikutnya banyak kawan-kawan DAT yang jadi pemimpin lembaganya masing2. Disini kita diskusi tentang globalisasi, kemahasiswaan terpusat, realita bangsa, dan leadership. Menjadi semakin senang berdiskusi.

Satu lagi diklat yang masih diinget, latihan kepemimpinan mahasiswa (latpim), tinggal di barak tentara, ketemu tentara-tentara yang  nampak haus akan wanita, pake spatu boot ala Mulan Jameela. Luar biasa. Kabarnya jaman dulu (tahuan 70-80 an), setiap mahasiswa diwajibkan ikut acara militer kaya gini. Tapi kalau sekarang untuk ikut acara kemiliteran gini-pun mesti ikut seleksi dulu.

tahun3 :  wisata hati bertemu realita

Tahun ini saya diamanahi menjadi ketua divisi Pengabdian Masyarakat HIMATIKA. Banyak pengalaman yang saya dapet. (thx to team pengmas icha,nyunye,dei,amie,rini, wana,friska,feri,hendrabo,tiwi,irma, terimakasih untuk pembelajarannya kawan).

1. punya adik asuh. terkaget-kaget melihat murid kelas 6 SD (sekolahnya tetanggan dengan ITB) masih kesulitan dengan perkalian.

2. desa binaan. Di tahun 2009 maih nemuin desa di Sumedang (dekat Jatinangor) yang mayoritas tingkat pendidikan penduduknya hanya SD. beneran wajib belajar 9 tahun?

3. rumah belajar KM ITB(sekarang SCHOLE). nyusun materi sekolah&diskusi pendidikan bareng dosen2 dan pakar pendidikan. Menginspirasi untuk bikin sekolah bermutu.

4. mitigasi bencana. berkunjung ke tempat gempa tasik, trauma healing.  Ketemu si Agung anak kelas 2SD yang masih tinggal di kandang sapi gara-gara rumahnya ancur akibat gempa.

Tahun ini juga saya mulai menyibukkan diri dengan menjadi pengajar privat! Ketemu murid yang luar biasa, Lerika. senang rasanya dapet kabar Lei lulus UAN dan masuk FSRD ITB. Walaupun cuma guru privat, bangga punya murid yang berhasil menggapai cita-citanya. Jadi mikir, “gimana rasanya Bu Tuti (guru kelas 1 SD saya) mendengar muridnya, si Dila jadi profesor/gubernur BI.” 🙂

Tahun 4 :Last but not least

Tahun ini saya diamanahi untuk menjadi sekjen eksternal (red: pembantunya kahim ngurusin hubungan keluar) di HIMATIKA. Pengalaman berorganisasi yang luar biasa. Bangga rasanya bisa dipimpin oleh kahim sekaliber Suryo. Belajar kepemimpinan Suryo yang kharismatik. Bangga rasanya bisa partneran sama sekjen2 hebat: Luhut(sekjen PSDA),Danies(Sekjen internal), Wimar(sekjen keilmuan dan keprofesian). Belajar tentang idealisme dan ‘taktik perang’ ala Luhut, belajar kepemimpinan yang kreatif dan ‘down to earth’ ala Danies, belajar tentang kepemimpinan yang penuh teladan ala Wimar. Bangga rasanya bisa bekerjasama dengan wanita-wanita eksternal yang luar biasa:Deisha(PM),Nyunye(hubal),Intan(hublu).Belajar totalitas dari Deisha, belajar komitmen dan prioritas dari Nyunye, belajar ‘begaul’ dari Intan. Bangga bisa kerja bareng BP 2009/2010, citra,mahe,novi,Ncek,dinada,njes,desca,gini,kudil,prilla,lena,hadi. Tim yang luar biasa, mengajarkan pentingnya sinergi. Berkeringat bersama diselingi canda & pertengkaran sengit dan diakhiri senyuman.

Last year, it’s time for final project. Tangan Allah terasa banget. Banyak kejadian-kejadian yang luar biasa saat ngerjain Tugas Akhir (TA). Saat-saat awal ngerjain TA , rasanya semua akan lancar,aman,dan terkendali. Tapi.. setelah seminar satu dan beranjak ke seminar dua. Ternyata apa yang saya kerjakan di TA satu adalah SALAH. So, mesti ngulang dari awal. cuman 1 smester lagi, diulang dari awal, mana bisa?? ternyata Allah mengizinkan. 🙂

Masalah Tugas Akhir ini sempat membuat saya depresi dan hampir gila (lebay) dan sampe lupa makan (yang ini bener). Saya tiba-tiba anti sosial, apalagi kalau dapet sms yang isinya : “Dil, boleh minta tolong blablabla…”, sebel banget bacanya, ada niatan mau  jawab “aduh ga tau apa ya orang lagi pusing juga!”. Astaghfirullah.. Tapi lama-lama saya cape juga menyerahkan seluruh hidup,jiwa raga, hanya untuk tugas akhir.  Disaat-saat kelelahan ini, saya dapet sms dari seorang teman : “Teh Dila, boleh minta tolong nge readerin aku ga? besok aku ada ujian.” saya balas: “Oke. 🙂 “. Setelah pertemuan itu, jiwa lebih tenang rasanya. Lebih ikhlas, lebih pasrah, dan lebih semangat kembali. Dan, beberapa kemudahan terjadi:

1. Saya mendapatkan balasan email dari penulis paper dalam hitungan jam, balasan email dari dia ngebuat segalanya jadi terang. Padahal beberapa teman lainnya baru dapet balesan dalah hitungan minggu, bahkan ada yang tidak ngebales. Thx to Mr. Costabille.

2. saya sempet stuck dengan program karena hasilnya error. walaupun sudah bertanya ke beberapa dosen tetap belum dapat jawab. Suatu malam saya bermimpi sedang mengerjakan program, saya langsung bangun dan mencoba algoritma yang saya kerjakan dalam mimpi, dan ternyata algoritma nya benar.

3. saya sempat bingung dalam analisa karena keluaran program yang saya buat tidak sesuai dengan paper. Ngga lama kemudian (detik-detik menuju batas waktu sidang), keluar paper baru yang merevisi paper yang jadi acuan saya (ternyata hasil yang saya dapatkan sesuai dengan paper yang baru terbit tersebut). So, saya bisa sidang! 🙂

“Barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang Mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan penderitaan (kesulitan)nya kelak di hari Kiamat dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama si hamba tersebut menolong saudaranya. “

(HR.Muslim)

17 Juli 2010

Saya wisuda! resmi menjadi seorang sarjana sains.

Terimakasih ya Allah untuk segala nikmat dan pembelajaran yang Kau berikan.

Terimaksih ITB, terimakasih mama,papa,mba ayu,dini,damar,mbah tie, para guru&dosen, dan semua sahabat.

Sekarang saatnya mengepakkan sayap lebih lebar. Karena angin akan bertiup lebih kencang.

Nice Vacation… :-)

p

berjuang2..berdiri..jatuh lagi..:p

Being a surfer girl!!
Gile ‘kabita’ juga ngliat si damar (adik saya) berselancar. Ngga mikir dua kali langsung saya belajar surfing juga..
Susah juga ternyata,ga segampang yang dibayangin. Harus ngangkat diri sendiri sampe bisa berdiri terus jaga keseimbangan. Cukup susah bagi orang yang malas olahraga seperti saya.. Satu hal yang membuat saya terus berdiri “Gile tu cewe bule aja bisa, masa saya yang orang Indonesia ga bisa. Ayo dila buktikan inilah Kartini Indonesia!!!” Akhirnya berhasil berdiri dannnn… meluncur!!
Langsung tuh bule2 ngliatin dengan terpana “Wah hebat yah tuh orang Indonesia, keren sekali!”..
Tambah aksi dong diliatin gitu..tapi ooooouuuups JATUH lagi.. Takabur sih.. Diketawain kan sekarang.. Hahaha.. Namanya juga belajar. =p
Saat Tuhan sedang tersenyum..
Subhanallah.. Inilah Indonesia..!!

‘aku ingin ketika eku mati,,aku tersenyum.’

oleh2.. pjalanan ngedanus dan berbincang2 dengan Syarief Tando..

semangat..

keikhlasan..

kebebsan..

perjuangan..

idealisme..

danlainlain danlainlain.. masii banyak lagi…

cerita bersambung, cape pengen tidur… 🙂